Mengenal Peran Djohan Mohammad Tjai Tokoh Islamieten Bond di Kongres Pemuda

Siapa Djohan Mohammad Tjai yang punya andil dalam Sumpah Pemuda? Nama Djohan Mohammad Tjai  merupakan aktivis dari Jong Islamieten Bond yang ambil bagian pada Kongres Pemuda. Dalam Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda, Djohan Mohammad Tjai berperan sebagai Pembantu I di Kepanitiaan Kongres Pemuda.

Sejarawan UI Rushdy Hoesein seperti dilansir Detik.com melalui tulisan Antara AR Baswedan dan Kwee Thiam Hong dalam Sumpah Pemuda, menyebut Mohammad Tjai adalah salah satu peranakan Tionghoa yang terlibat aktif di Kongres Pemuda. Keturunan Tionghoa lainnya yang juga terlibat dalam sumpah pemuda seperti Sie Kong Lian yang menyediakan rumahnya sebagai tempat pelaksanaan. Juga ada nama seperti Kwee Thiam Hong (Jong Sumatranen Bond), Oey Kay Sing, John Liau Tjoan Hok dan Tjio Djin Kwie.

Menurut Rushdy, Djohan Mohammad Tjai ikut meneken rumusan Kongres Pemuda II kala itu. Namun memang namanya seakan tak terdengar lagi, setidaknya tidak seperti Mohammad Yamin yang menjadi Sekretaris Kongres Pemuda II.

Mengenal Jong Islamieten Bond

Dikutip dari Soswanto Masruri, Jong Islamieten Bond dan Cendekiawan Muslim di Indonesia (Jurnal Unisia 9.XI.III.1991 ), Jong Islamieten Bond atau Perhimpunan Pemuda Islam adalah organisasi perhimpunan pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda. Organisasi ini didirikan pada 1 Januari 1925 di Batavia oleh Samsuridjal.  

Awal mulanya, Samsuridjal mengungkapkan kepada Jong Java perlunya membuka kursus Agama Islam bagi para anggota Jong Java yang muslim. Ide ini lahir karena ia melihat banyak guru kolonial yang suka mengeluarkan kata-kata sinis terhadap agama Islam dan ajarannya.  Selain itu, bagi Syamsuridjal, mempelajari agama Islam juga merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kaum muda terpelajar.  Namun, usulannya saat itu ditolak, karena ia dituduh ingin menyelewengkan Jong Java dan akan bermain politik di dalamnya.

Tak patah arah, Samsuridjal mendatangi tiga tokoh nasional yaitu hmad Dahlan, HOS Cokroaminoto, dan Agus Salim untuk meminta nasehat dari mereka.  Ketiga tokoh ini kemudian menyetujui usulan dari Syamsuridjal.  Akhirnya, sejumlah pemuda Islam, kurang lebih 200 orang (siswa maupun alumni MULO dan AMS), berusia antara 14 sampai 35 tahun bersepakat untuk membentuk Ikatan Pemuda Islam atau yang dikenal Jong Islamieten Bond.

Di organisasi inilah Djohan Mohammad Tjai aktif dan akhirnya menjadi bagian dari Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda.  Kini kita mengenal Jong Islamieten Bond sebagai organisasi pemuda Islam tertua.

Tokoh aktivis JIB yang juga dikenal adalah Mohammad Roem yang pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, dan kemudian Mendagri pada pemerintahan Presiden Soekarno. Termasuk menjadi anggota delegasi Indonesia di Perundingan Linggarjati (1946), Perjanjian Renville (1948) dan pada tahun 1949, ia juga pemimpin delegasi di Perjanjian Roem-Roijen.

Leave a Comment